Rabu, 27 Januari 2010

Berhias dengan al-Waqar (*Mahkota yang Hilang*)




Al-Waqar adalah sebagaimana didefinisikan oleh Al-Jahizh : “Al-Waqar adalah menahan diri dari berbicara secara berlebihan, kesia-siaan, banyak menunjuk dan bergerak dalam perkara yang tidak membutuhkan gerakan ; sedikit amarahnya, tidak banyak bertanya, menahan diri dari menjawab, menjaga diri dari ketergesaan, dan bersegera dalam seluruh perkara.” [Tahdzibul Akhlaq ; hal.22]


Rosulullah menyukai umatnya berhias dengan akhlaq ketenangan dan al-waqar, bahkan ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju sholat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam,

“Jika kalian telah mendengar iqomat, maka berjalanlah menuju sholat. Dan hendaklah kalian bersikap sakinah dan waqar.Janganlah kalian tergesa-gesa. Apa yang kalian dapatkan maka sholatlah, dan apa yang terluput dari kalian sempurnakanlah.” HR. Bukhari dan Muslim

Imam An-Nawawi berkata sebagaimana disebutkan dalam Al-Fath (2/139) : “Perbedaan antara sakinah dan waqar, bahwa sakinah ialah pelan-pelan/tidak tergesa-gesa dalam gerakan dan menjauhi kesia-siaan, sedangkan waqar ialah dalam penampilan, seperti menundukkan pandangan, menjaga suara, dan tidak menoleh.”

Rosulullah juga mengabarkan bahwasanya tiada satu nabi pun yang diutus oleh Alloh melainkan pasti menggembala kambing. Hal itu karena akibat yang diperoleh dengan menggembala kambing berupa kasih sayang, simpati, dan memperoleh sakinah dan waqar.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rosulullah bersabda , “Kecongkakan dan kesombongan berada pada pemilik onta, sedangkan as-sakinah dan al-waqar berada pada pemilik kambing.” HR. Bukhari dan ini adalah lafadznya Muslim






Hal-hal yang bisa membantu dalam meraih al-waqar diantaranya :

1. Ilmu dan mengamalkannya

Al-Hasan rahimahullah berkata : “Dahulu seseorang mencari ilmu, lalu tak lama kemudian hal itu terlihat dalam khusyu’nya, hadyu-nya, lisannya, penglihatannya dan kebajikannya.” [Syu'abul Iman 8/427]

2. Mengagungkan Alloh ‘azza wa jalla

Barangsiapa menginginkan al-waqar, maka dia harus mengagungkan Alloh dengan sebenar-benarnya. Barangsiapa yang tidak mengagungkan Alloh dalam kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya dengan mengilmuinya dan beradab dengan adab keduanya, maka sesungguhnya Alloh tidak akan melemparkan waqar maupun kewibawaan untuknya ke dalam hati manusia. Bahkan waqar dan kewibawaannya akan gugur dari hati mereka.

3. Malu

Waqar merupakan salah satu buah dari rasa malu. Diriwayatkan dari Busyair bin Ka’b, dia berkata : “Tertulis didalam hikmah, ‘Sesungguhnya diantara rasa malu adalah waqar, dan sesungguhnya diantara rasa malu adalah sakinah’.” HR. Bukhari (6117)

4. Tetap Diam

Tetap diam kecuali dari kebenaran untuk kamu terangkan, atau kebatilan untuk kamu bantah, atau sesuatu yang memang engkau punya kepentingan terhadapnya.

Sebagian orang yang fasih mengatakan : “Tetaplah diam, karena hal itu akan membuatmu memperoleh ketulusan cinta, memberimu rasa aman dari akibat yang jelek, memakaikanmu pakaian al-waqar, dan mencukupkanmu dari beban meminta maaf.” [Adabud Dunya wad Din hal.275]


Diantara orang yang padanya terkumpul sifat-sifat tsb secara keseluruhan adalah Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah, hingga dikatakan tentangnya :

Dia tidak menjawab, namun tidak ada yang mengulangi (permintaan untuk menjawab) karena kewibawaan

dan para penanya dalam keadaan menundukkan dagu

Cahaya kewibawaan dan kemuliaan kekuatan taqwa

maka diapun disegani padahal dia bukanlah raja



-diringkas dari kitab At-Tajj al Mafquud karya Faishal bin Abduh Qa’id Al-Hasyidi ; edisi bahasa indonesia “Mahkota yang Hilang”

0 komentar:

Posting Komentar

Ahlan wa Sahlan...jazakallah khoyran...