“Dunia adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah.”
[HR. Muslim dan Ibnu Majah, shohih]
[HR. Muslim dan Ibnu Majah, shohih]
Seluruh wanita mengharapkan dari hati terkecilnya untuk menjadi istri
shalihah, dicintai dan mencintai suaminya. Namun, bagaimanakah caranya
untuk menjadi istri yang shalihat tersebut?!
Istri yang Membahagiakan Suaminya
Inilah sifat yang pertama kali disebutkan Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam agar tiap-tiap perempuan yang beriman dan bertaqwa bisa menggapai kebahagiaan rumah tangga.
Istri yang shalihah adalah istri yang mampu menghadirkan kebahagiaan
didepan mata suaminya walau hanya dengan sekedar pandangan mata
kepadanya. Perindahlah keadaanmu didepan suamimu dengan apa-apa
yangAlloh bolehkan dan halalkan, seperti memakai inai pada kuku atau
memakai celak untuk mata.
Karena itulah, seorang muslimah hendaknya sangat hati-hati agar jangan
sampai pandangan suaminya tertuju kepada sesuatu yang tidak disukainya,
baik bau yang tidak sedap maupun pandangan yang tidak enak dan
semisalnya.
Wahai saudaraku muslimah…, jadikanlah keceriaan senantiasa memenuhi
sisi kehidupanmu, kebahagiaan menyenangkan suamimu, kesuka-citaan selalu
menghiasi rumahmu.
Seorang Perempuan yang Taat kepada Suaminya
Diriwayatkan dari Al Hushain bin Mihshan, bahwa bibinya pernah datang kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam untuk suatu keperluannya. Setelah selesai dari keperluannya, Nabi bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah bersuami?”
Ia menjawab, “Ya.”
Beliau bertanya lagi, “Bagaimana sikapmu terhadap dia?”
Ia menjawab, “Saya senantiasa berusaha dengan keras untuk melayaninya, kecuali yang saya tidak mampu.”
Beliau pun bersabda, “Maka lihalah, bagaimana sikapmu kepadanya. Sesungguhnya dia adalah surgamu dan sekaligus juga nerakamu.”
[HR. Ahmad, An-Nasa'i, Ibnu Abi Syaibah, Hakim, dan yang lainnya. Hasan]
Ia menjawab, “Ya.”
Beliau bertanya lagi, “Bagaimana sikapmu terhadap dia?”
Ia menjawab, “Saya senantiasa berusaha dengan keras untuk melayaninya, kecuali yang saya tidak mampu.”
Beliau pun bersabda, “Maka lihalah, bagaimana sikapmu kepadanya. Sesungguhnya dia adalah surgamu dan sekaligus juga nerakamu.”
[HR. Ahmad, An-Nasa'i, Ibnu Abi Syaibah, Hakim, dan yang lainnya. Hasan]
Manakala seorang istri muslimah taat kepada suaminya dan menjauhi
hal-hal yang menyakitkan hati suaminya serta berusaha untuk meraih
keridhaannya, maka Alloh pun akan ridha kepadanya didunia dan akhirat.
Menjaga Kehormatannya dan Harta Suaminya Tatkala Dia Sedang Tidak di Tempat
Alloh ‘azza wa jalla berfirman,
“Wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka).”
[QS. An-Nisaa' ; 34]
“Wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka).”
[QS. An-Nisaa' ; 34]
Hak-mu dari suamimu adalah kamu tidak dikhianati oleh suamimu, dia
tidak mengorek-ngorek keuranganmu dan sebaliknya, hak suamimu terhadapmu
adalah kamu menjaga harga dirimu pada saat dia tidak ada.
Bukanlah ajaran Islam sama sekali jika kamu keluar dari rumahmu pada
saat suamimu tidak ada di tempat selagi ia tidak mengizinkanmu keluar.
Bila kamu keluar tanpa persetujuannya atau ia tidak tahu karena tidak
ada ditempat, maka berarti kamu telah berbuat dosa dan tidak menjaga
harga diri tanpa kau sadari.
Menjaga harga diri juga berarti tidak mengizinkan seorang yang asing
untuk tidak masuk ke rumahmu pada saat suami tidak ada ditempat.
Istri shalihah adalah wanita yang sangat hati-hati dalam
membelanjakan harta suaminya, karena ia sebagai pemegang amanahnya, maka
ia tidak boleh mengkhianati amanah tersebut.
Seorang Istri Tidak Berpuasa Kecuali dengan Izin Suaminya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallampernah bersabda,
“Tidak halal bagi seorang perempuan untuk berpuasa dan suaminya menyaksikannya kecuali dengan izinnya.”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu dawud, Tirmidzi, Imam Ahmad. Shohih]
“Tidak halal bagi seorang perempuan untuk berpuasa dan suaminya menyaksikannya kecuali dengan izinnya.”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu dawud, Tirmidzi, Imam Ahmad. Shohih]
Imam Nawawi berkata, “Larangan ini dimaksudkan pada puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu.”
[Syarhun Nawawi terhadap Shohih Muslim, 7/115]
[Syarhun Nawawi terhadap Shohih Muslim, 7/115]
Ibnu Hajar berkata, “Dalam hadits ini, ada petunjuk bahwa hak suami
lebih kuat bagi seorang perempuan daripada ibadah sunnah, karena hak
suaminya adalah wajib sedangkan melakukan kewajiban harus dikedepankan
daripada melakukan yang sunnah.”
[Fathul Bari' 9/296]
[Fathul Bari' 9/296]
Seorang Perempuan Tidak Boleh Meninggalkan Tempat Tidur Suaminya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rosulullah sholalohu ‘alaihi wasallambersabda,
“Bila seorang perempuan melalui malamnya dengan meninggalkan tempat tidur suaminya, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari.”
[HR. Bukhari, Musli, Imam Ahmad, Ad-Darimi, Al-Baihaqi. Shohih]
“Bila seorang perempuan melalui malamnya dengan meninggalkan tempat tidur suaminya, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari.”
[HR. Bukhari, Musli, Imam Ahmad, Ad-Darimi, Al-Baihaqi. Shohih]
Hadits diatas mengisyaratkan betapa besarnya perkara menyelisihi
ajakan seorang suami yang ditujukan kepada istrinya. Juga menunjukkan
bahwa doa para malaikat yang baik maupun yang buruk dikabulkan oleh
Alloh subhanahu wa ta’ala, karenanyalah Nabi sholallohu ‘alaihi wasallammengkhawatirkan hal tadi.
Sesungguhnya Rosulullah menghendaki kebaikan untuk kaum wanita,
karena itulah Beliau mengarahkan mereka kepada sesuatu yang membawa
kebaikan bagi mereka dunia dan akhirat. Beliau mengarahkan kepada suatu
perkara yang besar, yaitu tidak bolehnya seorang istri membangkang
terhadap perintah suaminya dan Beliau menjelaskan resiko bagi para
wanita jika membangkang terhadap perintah suaminya.
Dengan sebab inilah, wajib bagi seoang istri untuk mencari ridha
suaminya, menghindari kemurkaannya dan tidak pernah menolak (berjima’)
kapan saja suaminya menghendakinya. Kecuali bila ada alasan syar’i yang
menghalanginya, seperti haidh, nifas, atau sakit parah.
Seorang Perempuan Tinggal di Rumahnya
Istri shalihah percaya bahwa tempat terbaik untuk menjaga dari
keterjerumusan ke dalam jurang kebinasaan adalah tetap tinggal
dirumahnya, karena itu ia tidak menjadi orang yang suka kesana kemari
keluar dari rumahnya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan tinggallah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian….”
[QS. Al Ahzaab ; 33]
“Dan tinggallah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian….”
[QS. Al Ahzaab ; 33]
Saudaraku muslimah…., Islam menghendaki seorang istri shalihah berada
dalam keadaan yang sangat baik, jauh dari keragu-raguan dan syubhat.
Karena itulah, bila memang ada kebutuhan yang mendesak untuk keluar,
maka hendaknya ia keluar dengan memakai hijab (pakaian penutup aurat),
berjalan dengan sopan, menundukkan mata dan menghindari berjalan di
bagian tengah, karena berjalan di bagian tengah merupakan sebab dirinya
menjadi sasaran pandang kaum lelaki
Maksud dari hadits ini bukan seperti yang banyak disangka oleh
sebagian besar muslimah, yang mana mereka mengira Islam membatasi ruang
gerak seorang perempuan atau mengurangi peranannya. Sesungguhnya, maksud
hadits ini adalah untuk mengatur bagaimana seorang perempuan keluar
dari rumahnya.
Hukum asalnya seorang perempuan adalah tinggal di rumahnya, memikirkan urusan rumahnya dan tidak keluar kecuali dalam keadaan darurat saja. Kalaulah seorang perempuan ingin bekerja, maka harus pada hal-hal yang diperbolehkan oleh syariat, berupa pekerjaan-pekerjaan yang memang khusus untuk kaum hawa.
Adapun seorang perempuan yang keluar dari rumahnya dengan berpenampilan tabarruj (berdandan), tidak menutup aurat, berkeliaran d jalan-jalan, bercampur baur dengan lelaki, maka inilah yang menyalahi syariat.
‘Aisyah radhiyallohu ‘anha berkata, “Andai Rosulullah
sholallohu ‘alaihi wasallam melihat apa yang dilakukan oleh para wanita
saat ini, tentulah beliau tidak akan mengizinkan mereka untuk keluar,
yakni keluar ke masjid untuk sholat.”
Perkataan beliau ini diucapkan tak selang lama setelah Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam wafat, lantas bagaimana keadaan para wanita pada zaman kita ini yang sangat jauh dari zaman Nabi ?!
Seorang Istri berterimakasih Kepada Suaminya
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr radhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Nabi sholallohu’alaihi wasallambersabda,
“Alloh tidak melihat kepada seorang perempuan yang tidak bersyukur (berterimakasih) kepada suaminya, dia tidak pernah merasa cukup darinya.”
[HR. An-Nasai ; Shohih]
“Alloh tidak melihat kepada seorang perempuan yang tidak bersyukur (berterimakasih) kepada suaminya, dia tidak pernah merasa cukup darinya.”
[HR. An-Nasai ; Shohih]
Seorang istri halihah selalu bersyukur kepada suaminya dan bersabar terhadap berbagai kesulitan dan kesusahan yang dihadapinya.
Seorang Perempuan Tidak Menggambarkan (menyebutkan Sifat dan Bentuk Tubuh) Perempuan Lain kepada Suaminya
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah seorang perempuan melihat langsung kepada perempuan lainnya lalu menceritakan dengan detil kepada suaminya sampai seolah-olah ia melihatnya.”
[HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, dan yang lainnya. Shohih]
“Janganlah seorang perempuan melihat langsung kepada perempuan lainnya lalu menceritakan dengan detil kepada suaminya sampai seolah-olah ia melihatnya.”
[HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, dan yang lainnya. Shohih]
Hadits ini adalah suatu pokok untuk mengantisipasi segala jalan yang
bisa mengantarkan kepada yang haram. Dikhawatirkan sang suami terpikat
dengan sifat-sifat tadi lalu hal ini dapat menyebabkan ia menceraikan
istrinya atau ia terfitnah dengan orang yang diceritakan sifat-sifatnya.
Seorang Perempuan Tidak mengeraskan Suaranya Melebihi Suara Suaminya
Istri yang shalihah meyakini bahwa mengeraskan suara melebihi suara suaminya termasuk ciri khas wanita-wanita yang fasik.
Seorang Badui pernah ditanya tentang sifat-sifat wanita yang paling jelek.
Ia menjawab, “Wanita yang paling jelek adalah yang bersifat menguasai, menyalahgunakan kenikmatan, gampang kabur dari rumah, cepat emosi, lisannya tajam laksana ujung tombak, suka tertawa tanpa ada yang lucu, mudah menangis tanpa sebab, mengajak ribut dengan suami, sombong sikapnya, ucapannya mengancam dan suaranya menggelegar.”
Ia menjawab, “Wanita yang paling jelek adalah yang bersifat menguasai, menyalahgunakan kenikmatan, gampang kabur dari rumah, cepat emosi, lisannya tajam laksana ujung tombak, suka tertawa tanpa ada yang lucu, mudah menangis tanpa sebab, mengajak ribut dengan suami, sombong sikapnya, ucapannya mengancam dan suaranya menggelegar.”
Seorang Perempuan Tidak meminta Cerai Kepada Suaminya
Istri shalihah senantiasa berusaha untuk mencarikan solusi problem
apapun yang menghinggapi kehidupan rumah tangganya tanpa terbersit dalam
benaknya untuk meminta cerai.
“Wanita mana saja yang
meminta cerai kepada saminya tanpa alasan yang membolehkannya maka
diharamkan baginya untuk mencium baunya surga.”
[HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan yang lainnya. Shohih]
[HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan yang lainnya. Shohih]
Hadits ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa seorang perempuan
yang meminta cerai kepada suaminya dalam keadaan yang tidak mendesak
(seperti kekhawatirannya bahwa ia tidak dapat melaksanakan hukum-hukum
Alloh bila tetap menikah), karena sebab kebenciannya terhadap suaminya,
maka yang demikian ini haram, yakni terhalangi dari mencium semerbaknya
bau surga.
Sesungguhnya istri shalihah senantiasa intropeksi pada dirinya dan
mengoreksi hatinya, kenapa sampai terjadi kebekuan di antara dirinya
dengan suaminya?!
Sebagai penutup, ada untaian nasehat bagi perempuan yang ingin menggapai predikat Istri Shalihah :
1. Janganlah suamimu sampai melihatmu dalam keadaan yang tidak menyenangkannya. Istri shalihah selalu menghadirkan kebahagiaan berada di pelupuk mata suaminya pada setiap kali pandangannya tertumbuk pada dirimu.
2. Jadikanlah senyumanmu selalu mengembang, menghiasi bibirmu tiap kali pandangannya mengarah kepadamu.
3. Perbanyaklah ketaatanmu kepada suami untuk meraih keridhoannya.
4. Pilihlah waktu yang tepat dan cara yang pas untuk mengingatkan kesalahan suami.
5. Jadilah orang yang berlapang dada, janganlah engkau mengungkit-ungkit sisi negatif suamimu terhadap orang lain.
6. Dengan bekal kecerdasanmu dan kecintaanmu terhadap suami,
perbaikilah kesalahan-kesalahannya tanpa engkau harus menyakiti
perasaannya.
7. Jangan coba-coba memuji lelaki lain didepan suamimu kecuali kalau untuk menerangkan keadaan agamanya.
8. Jangan percaya omongan orang lain terhadap suamimu.
9. Engkau harus selalu berbuat hal-hal yang disukai oleh suamimu di
hadapannya dan mengucapkan hal-hal yang enak didengar olehnya.
10. Pahamkanlah kepada suamimu agar ia meghormatimu tatkala terjadi
ketegangan dalam pergaulan sehari-hari. Sesungguhnya ketegangan dala
rumah tangga hanyalah sementara saja.
11. Ingatkanlah selalu suamimu bila ada salah satu orangtuanya atau
kerabatnya yang sakit agar menjenguknya bersama-sama, bukan
sendiri-sendiri.
12. Janganlah menampakkan kebosanan dan kejenuhan padanya bila suami
mengalami kesulitan ekonomi dan ingatkanlah selalu bahwa banyak kebaikan
yang engkau dapati dari dirinya.
13. Usahakanlah untuk ikut tertawa bila ia tertawa, ikutlah menangis
dan bersedih bila ia sedang menangis dan bersedih. Sesungguhnya ikut
senasib dan sepenanggungan menambah rasa cinta.
14. Nampakkanlah kepatuhan dan upayamu untuk mendengar bila ia berbicara.
15. Janganlah merengek-rengek terus dan sering mengulang-ulang
permintaanmu terhadap sesuatu, bahkan kamu jangan mengingatkannya
kecuali bila ia dalam keadaan longgar rizkinya.
16. Hati-hati dari mengulangi kesalahan atau terjerumus ke dalam
suatu sikap yang sudah kamu ketahui bahwa hal itu tidak disukai dan
tidak ingin dilihatnya.
17. Bila suamimu mengerjakan sholat sunnah di rumah, maka janganlah
lupa untuk ikut sholat dibelakangnya dan bila ia sedang membaca kitab
maka ikutlah duduk disampingnya dan mendengarkannya.
18. Janganlah keterlaluan dalam membicarakan cita-cita pribadimu
didepan suami, mintalah ia untuk sering-sering menceritakan kepadamu
tentang cita-cita pribadinya.
19. Janganlah kamu mendahulukan pendapatmu dari pada pendapatnya,
pada setiap masalah baik kecil maupun besar. Karena dasar cintamu
kepadanya, maka utamakanlah pendapatnya dalam sebagian besar
permasalahan.
20. Jagalah rahasia yang disampaikan kepadamu, jangan sampai
membocorkannya walaupun kepada bapak dan ibumu. Jika hal itu kamu
lakukan, maka hal itu akan menyulut api kemarahan dalam hatinya.
21. Hati-hatilah engkau, jangan sampai menyebutkan bahwa kamu
pemegang ijazah ini dan itu dalam bertukar pikiran. Yang demikian bisa
menimbulkan kebencian kepadamu.
22. Lemah lembutlah terhadap suamimu, sangat baik kalau dalam suatu kondisi tertentu kamu menyediakan makanan kecil untuknya.
23. Janganlah meninggalkan rumah walaupun terjadi percekcokan yang
sangat parah atau perdebatan di antara kamu dengannya, karena yang
demikian menambah padanya rasa tidak butuh kepadamu.
24. Jauhilah cemburu buta, karena yang demikian adalah senjata yang menghancurkan.
25. Janganlah berkomunikasi dengan suami dengan posisi seolah-olah
kamu orang yang tak pernah salah sedangkan suami sebagai pihak yang
selalu salah.
26. Jagalah perasaannya, janganlah sering-sering memuji dan menyebutkan kelebiha serta kebaikan kerabat dekatmu dihadapannya.
27. Jauhilah sejauh mungkin berdusta kepada suamimu, karena yang demikian itu sangat menyayat hati.
-dinukil dari kitab Lin-Nisaa’ Faqath, Az-Zaujatush-Shalihah, karya Abu Maryam Majdi bin Fathi As-Sayyid-
0 komentar:
Posting Komentar
Ahlan wa Sahlan...jazakallah khoyran...