Oleh : Syaikh Muhammad Ali Firkaus hafizhahullah Ta’ala
Beliau ditanya: setelah masa
iddah-ku selesai disebabkan karena suamiku meninggal, ada beberapa orang
yang datang melamarku, dan aku enggan menikah agar aku menjadi istri
bagi suami pertamaku yang telah meninggal, yang ketika aku bersamanya
kami memiliki 3 orang anak.
Alasanku dalam hal ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam:
«المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»
“seorang wanita itu bersama suami terakhirnya.”
Dan telah dipraktekkan pula
oleh Ummu Darda’ radhiallahu anha, apakah aku berdosa jika aku menolak
untuk menerima pinangan orang yang telah diridhai agama dan akhlaknya?
Beliau -hafizhahullah- menjawab:
الحمدُ لله ربِّ العالمين،
والصلاةُ والسلامُ على مَنْ أرسله اللهُ رحمةً للعالمين، وعلى آله
وصَحْبِهِ وإخوانِه إلى يوم الدِّين، أمّا بعد:
Seorang wanita jika berada
dibawah bimbingan seorang suami yang saleh lalu suaminya meninggal, dan
si istri terus berstatus sebagai janda setelahnya dan tidak menikah,
Allah akan mengumpulkan keduanya di dalam surga, dan jika dia memiliki
beberapa suami di dunia, maka dia di dalam surga bersama suami
terakhirnya jika mereka sama dalam akhlak dan kesalehannya,
berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam :
«المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»
“seorang wanita bersama suami terakhirnya.”
(Dikeluarkan Ath-Thabarani
dalam “al-mu’jam al-ausath” (3/275),dari hadits Abu Darda’ radhiallahu
anhu. Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam silsilah Ash-shahihah
(3/275)
Seorang wanita jika
mengkhawatirkan atas dirinya fitnah atau dia tidak punya kemampuan untuk
sendirian dalam mengurusi dirinya dan keperluan anak-anaknya baik dari
sisi nafkahnya, dan juga pendidikannya, maka jika ada seorang lelaki
yang datang melamarnya yang telah diridhai agama serta akhlaknya, dan
lelaki ini punya kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya serta
nafkah untuk anak-anaknya, maka tidak sepantasnya wanita tersebut
menolaknya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi
wasallam :
إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ
“jika ada orang yang datang kepadamu lelaki yang telah engkau senangi agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia.”
(HR.Tirmidzi,kitab
annikah,bab: ma jaa’ idza jaa’akum man tardhaunadiinahu fazawwijuuhu
(1108),Baihaqi, kitab an-nikah,bab: at-targhib fit tazwiij min dzid diin
wal khluluq al-mardhi (13863), dari hadits Abu Hatim Al-Muzani
radhiallahu anhu, dihasankan Al-Albani dalam al-irwaa’ (6/266).)
Dan juga mengamalkan kaedah yang berbunyi:
«دَرْءُ المَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ المَصَالِحِ»
“menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mendatangkan maslahat.”
Jika suami pertama itu setara
dengan suami pertamanya yang telah meninggal dalam hal akhlak dan
kesalehannya,maka dia (wanita tersebut) bersama yang paling terakhir
dari keduanya, namun jika tidak setara maka dia memilih yang paling baik
kesalehan dan akhlaknya. Telah datang riwayat yang semakna dengan ini
yang kedudukannya lemah dan mungkar dari hadits Ummu Salamah radhiallahu
anha, dimana Dia bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa aalihi
wasallam tentang seorang wanita yang menikah dengan dua lelaki, tiga dan
empat, lalu wanita tersebut meninggal, dan mereka (para suaminya) masuk
surga bersamanya, siapakah yang menjadi suaminya? Jawab Rasul
Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam:
«يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهَا تُخَيَّرُ فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا»
“wahai Ummu Salamah,dia akan diberi pilihan sehingga dia memilih yang paling baik diantara mereka.”
(dikeluarkan Thabarani dalam
almu’jam al-kabir (23/367),dan dalam al-ausath (3/279), dari hadits Ummu
Salamah radhiallahu anha. Berkata Al-Haitsami dalam “majma’ az-zawaaid”
(7/255):”diriwayatkan Thabarani dan padanya terdapat seseorang bernama
Sulaiman bin Abi Karimah,Dia dilemahkan oleh Abu Hatim dan Ibnu Adi.”
Juga dilemahkan Al-Albani dalam “dha’if at-targhib wat tarhib” (2/254) .
Demikian pula dari hadits Ummu Habibah radhiallahu anha dikeluarkan
At-Thabarani dalam “al-kabir” (23/222), Abd bin Humaid dalam musnadnya
(1/365). Berkata Al-Haitsami dalam majma’ az-zawaaid (8/52) :
“diriwayatkan Ath-Thabarani dan Al-Bazzar secara ringkas, padanya
terdapat Ubaid bin Ishaq dan dia seorang yang matruk (ditinggal
haditsnya), sedangkan Abu Hatim meridhainya, dan dia perawi paling buruk
keadaannya.”
Hanya saja,mungkin dijadikan sebagai dalil dari keumuman firman Allah Azza wajalla:
﴿فِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأَنفُسُ﴾
“di dalamnya (surga) apa saja yang disenangi oleh jiwa.”
(QS.Az-Zukhruf: 71)
Maka dia diberi pilihan
sehingga diapun memilih yang dia sukai akhlak dan kesalehannya,
sebagaimana faedah yang juga dipetik dari firman-Nya:
﴿هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلاَلٍ﴾
“mereka bersama dengan istri-istri mereka dibawah naungan (surga).”
(QS.Yasin: 56)
Dimana seorang wanita bersama
dengan yang paling mendekatinya dalam hal agama,akhlak, watak,
disebabkan pernikahan yang melahirkan perasaan cinta dan kasih
sayang,saling akrab dan saling mencintai, berdasarkan firman Allah Azza
wajalla:
﴿وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ
لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ﴾
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
(QS.Ruum:21)
Demikian pula seorang wanita
yang masih hidup sendiri dan meninggal dalam keadaan belum sempat
menikah, maka dia diberi pilihan sehingga dia memilih siapa yang dia
sukai yang lebih mirip dengannya dalam hal tabiat dan akhlak, lalu Allah
Azza wajalla mewujudkan apa yang menjadi permintaannya, berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam:
«مَا فِي الجَنَّةَ أَعْزَبُ»
“tidak ada bujangan di dalam surga.”
(dikeluarkan Imam Muslim dalam
shahihnya,kitab: al-jannah wa na’imuha, bab: awwalu zumratin tadkhulul
jannah… : 4147, dan Ahmad dalam musnadnya (7112) dari hadits Abu
Hurairah radhiallahu anhu)
Dan ilmu ada disisi Allah, dan akhir ucapan kami alhamdulillahi rabbil ‘alamin
Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan saudara-saudaranya hingga hari kiamat.
Al-Jazair,26 dzulqa’dah 1429 H
Bertepatan dengan tanggal: 23 November 2008 M
Alih bahasa: Abu Karimah Askari bin Jamal
0 komentar:
Posting Komentar
Ahlan wa Sahlan...jazakallah khoyran...